JAKARTA – Konsep pengembangan berbasis transit oriented development (TOD) bukan hanya tentang dekat atau jauhnya jarak dengan light rail transit (LRT), mass rapid transit (MRT), ataupun commuter line (CL). Lebih dari itu, yang terpenting adalah aksesibilitas, konektivitas, dan integrasi dengan infrastruktur transportasi publik tersebut.
Hal ini dikatakan Senior Executive Officer Daiwa House Industry Nobuya Ichiki menjawab Kompas.com, di Jakarta, Sabtu (27/4/2019). Menyadari lokasi proyeknya, Sakura Garden City, yang berjarak sepelemparan tombak dengan Stasiun LRT Ciracas di Jakarta Timur, pengembang Jepang Daiwa House Industry akan melengkapinya dengan akses yang mudah dijangkau. “Dan tentu saja terintegrasi dengan Stasiun LRT Ciracas,” kata Nobuya. Akses tersebut, menurut Presiden Direktur Trivo Group Robert Yapari adalah jembatan penyeberangan orang atau skybridge sepanjang 280 meter.
“Saat ini tengah menunggu perizinan dari Bina Marga Pemda DKI, dan Badan Pengatur Transportasi Jakarta (BPTJ). Menurut BPTJ, LRT beroperasi pada Desember 2019,” ungkap Robert. Selain JPO, Daiwa dan Trivo juga akan membangun fasilitas park and ride khusus untuk kendaraan roda dua, serta pelebaran Jalan Bina Marga dan sekitarnya. Robert mengestimasikan dana yang dibutuhkan sekitar Rp 30 miliar. Angka sebesar ini hanya untuk membangun 180 meter JPO menuju Stasiun LRT Ciracas, dan fasilitas park and ride. Sementara 100 meter sisanya dan pelebaran Jalan Bina Marga akan ditentukan kemudian seiring progres pembangunan Sakura Garden City.
“Enam bulan ya untuk membangun crossing bridge ini,” imbuh Robert. Bersama Japan Overseas Infrastructure Investment Corporation for Transport and Urban Development (JOIN) yang merupakan BUMN Jepang, Daiwa dan Trivo berkongsi membangun Sakura Garden City melalui PT Sayana Integra Properti.
“Proyek ini persis berada di seberang Stasiun LRT Ciracas,” cetus Robert. Mencakup 12 menara apartemen dengan jumlah total 5.000 unit, proyek ini menempati area seluas 10 hektar. Sakura Garden City dilengkapi sejumlah fasilitas yang mendukung gaya hidup one stop living, seperti pusat belanja, ruko, hotel bintang empat, perkantoran, dan pusat kuliner. Tahap pertama, akan dibangun 4 menara sebanyak 2.200 unit apartemen yang ditawarkan seharga mulai Rp 500 juta dengan rentang dimensi 29,9 meter persegi hingga Rp 176 meter persegi. Dari total kebutuhan investasi 80 juta dollar AS atau ekuivalen Rp 1,13 triliun tahap pertama, ketiganya menyumbang porsi 60 persen (JOIN dan Daiwa), dan 40 persen (Trivo).
Sementara total nilai investasi keseluruhan proyek diestimasikan sekitar 800 juta dollar AS atau setara Rp 11,3 triliun. Nobuya menargetkan, tahap pertama akan mampu diselesaikan pada 2022 mendatang sejalan telah dipilihnya PT Total Bangun Persada Tbk sebagai kontraktor utama. “Untuk seluruh proyek, kami targetkan dapat selesai pada 2026,” cetus Nobuya. Dia optimistis proses pembangunan akan sesuai jadwal, karena beberapa indikator yang mempengaruhinya. Terutama potensi ekonomi Indonesia yang akan tumbuh positif, kebutuhan hunian yang terus meningkat serta kondisi politik yang stabil.
Sourch by: Kompas.com